Kamis, 29 Januari 2015

Cerita Ibu (part 2)

....
Saat mendengar semua penilaian miring semua orang tentang keputusan aku untuk tetep kerja dan meninggalkan anak dirumah sama ibu mertua, hatiku rasanya sakit, tiap pulang untuk menjenguk anakku, aku tidak pernah absen untuk banjir air mata. bukan anakku yang membuatku menangis..tp perkataan orang sekitar yang membuat penilaian bahwa anakku lebih nyaman dengan orang lain..dengan orang yang setiap hari dilihatnya. hati sapa yang tak sakit mendengarnya.Aku sampai parno sendiri tiap mau ketemu orang, takut ditanyain macam2, takut denger macem2.
hal - hal semacam itu akhirnya membuatku semakin tidak betah dalam bekerja, di tempat kerja aku juga tidak bisa konsentrasi. pikiran negatif selalu saja menghampiriku, takut anakku kelak tidak deket sama aku, takut kelak anakku gak mau ikut sama orang tuanya, takut kelak saat aku mau bawa anakku, aku tidak dibolehin sama mertua dan ketakutan2 lain yang tiap hari rasanya gak pernah berhenti absen.mampir dalam otak aku.
tapi tak sedikiti juga yang memberi dukungan dengan keputusanku itu, mereka memberikan gambaran luas, itu membuatku sedikit terhibur tapi pada akhirnya ketika sedang down, aku tetep merasa bersalah dengan keputusan itu.

hari berganti bulan berganti, anakku juga semakin bertambah usia dan perkembangannya, setiap perkembangannya aku masih bisa mengikuti, hanya kadang ada yg terlewatkan, tapi tak sampai membuatku tidak tahu apa-apa, syukur alhamdulillah, setiap tahap perkembangannya, meskipun hanya tanda, akulah orang yang selalu melihat pertama kalinya. tumbuh kembangnya yang kadang disertai sakit panas, mencret, selalu terjadi pas aku dirumah. kuasa Tuhan memang diluar dugaan dan perkiraan, karena dengan begitu, aku bisa melakukan yang terbaik untuk anakku, bisa merawatnya dan memberikan perhatian penuh.

sekarang usianya sudah masuk 14 bulan, banyak cerita yang terjadi sejauh ini, mentalku saat meninggalkan bekerja sudah semakin kuat, karena anakku jauh lebih pintar dari yang dikira banyak orang. meskipun ketemu orang tuanya seminggu sekali, tapi dia selalu dekat dengan kami. saat kami pulang, binar wajahnya selalu menyambut dengan gembira. wajahnya ceria, hal; itu yang selalu memberikan suntikan semangat kepadaku dan selalu memberikan energi positif. aku tahu, diluar sana juga banyak orang yang nasibnya sama dengan aku, harus berjauhan dengan anak, demi membantu menutupi kebutuhan keluarga. 
yang terpenting, aku tidak bekerja untuk keegoisanku semata, aku tidak bekerja hanya demi memenuhi keperluanku pribadi. aku membantu bekerja suami, karena aku tahu..tanggungjawab suamiku masih banyak dan kami tidak berasal dari keluarga kaya yang bisa seenaknya minta bantuan sama orang tua saat kami kesulitan. suamiku masih menjadi tulang punggung keluarganya, dan sekarang bertambah tanggung jawabnya terhadap kami, aku dan anakku. mungkin memang bisa aku meninggalkan pekerjaan,lalu memulai merintis usaha dirumah, dan tetntu saja,,bisa melihat anakku setiap hari. tapi itu juga bukan hal gampang, aku tidak bisa serta merta mengambil keputusan seperti itu. masih banyak yang harus aku pertimbangkan, termasuk memikirkan modalnya.
jujur, aku sangat ingin menjadi ibu rumah tangga saja, yang mengabdi penuh untuk keluarga, mendidik anakku sendiri tapi rentetan tanggungan yang masih harus kami selesaikan masih banyak.

dan teruntuk putri cantikku tercinta..
percayalah anakku, ayah sama bunda kerja bukan hanya demi keegoisan semata, tp ayah sama bunda bekerja demi menabung untuk masa depanmu kelak, karena ayah sama bunda ingin kelak kamu lebih berhasil daripada kami, orangtuamu.
doakan, tahun ini ayah sama bunda bisa bawa kamu ikut serta ke surabaya, yang pinter ya nak yaa..
sekarang ayah sama bunda belum berani bawa kamu, karena bunda belum tega buat nitipin kamu ke sembarang orang yang tidak bunda kenal, insyaalloh..begitu bunda dapet kontrakan atau rumah,,bunda akan segera ajak kamu ikut serta ke surabaya.

salam sayang dan peluk erat dari ayah bunda..


Tidak ada komentar:

Posting Komentar